"Kita mau menyadarkan masyarakat akan pengan lokal.
Aksi kami berawal dari impor kita tinggi, seperti pangan kedelai, banyak
lainnya, yang jelas tingkat impor kita masih tinggi, kebanyakan yg di impor
dari pada bahan baku pangan lokal," ujar Aria Fandaly selaku penanggung
jawab GPL Medan.
Ketua Umum MITI, Warsito Purwo
Taruno mengatakan, perilaku konsumsi yang cenderung meninggalkan sumber daya
pangan lokal tersebut menyebabkan maraknya impor pangan (beras, sayur, buah,
hingga makanan kemasan). Gerai waralaba asing menjamur. Sementara rumah makan
lokal kalah peminat. Hasil analisis data dari tim Kajian MITI memperlihatkan
bahwa frekuensi kunjungan responden restoran waralaba lokal yang lebih dari
lima kali dalam sebulan hanya 38,4 persen sedangkan responden waralaba asing
yang berkunjung lebih dari lima kali sebulan sebanyak 72,4 persen.
Waktu yang berdekatan dengan Hari
Kebangkitan Nasional (Harkitnas), agaknya Aksi GPL ini juga sangat tepat
rasanya untuk mengisi momentum kebangkitan nasional dengan menciptakan pangan
Indonesia yang berdaulat. Hal ini seolah yang diamini Pak Findy, salah satu dosen
Pertanian USU. Dalam orasinya, Beliau sangat mendukung aksi ini. “Saya sangat
mendukung aksi Go Pangan lokal ini. Saya berharap kita dapat meningkatkan nilai
panganan lokal kita menjadi panganan kelas dunia dengan diversifikasi pangan.”.
Aksi Ini turut dihadiri oleh
beberapa komunitas lainya seperti Himpunan Mahasiswa Pencinta Pangan Indonesia
(HMPPI) USU, Smart Generation Community (SGC) USU, Generasi Mahasiswa Ilmiah
(GEMAIL) UMN-AW, UKMI Ar-Rahman UNIMED, dll.
Aksi Go Pangan Lokal ini ditutup
dengan Pembubuhan 1000 tanda tangan atas dukungan kepada panganan lokal, aksi bersih sampah serta
pembentukan komunitas pencinta pangan lokal.
Comments
Post a Comment