Derajat Ke-spesial-an Antara Menunggu dan Ditunggu


Menunggu adalah suatu kata yang cenderung "menjengkelkan" bagi kebanyakan orang. Saat aku berada di Angkot yang hiruk pikuk, Saat berada dimushola untuk memulai syuro (rapat), bahkan saat aku berada di depan kantor Fakultas yang penuh mahasiswa tingkat akhir pun aku sering mendengar suatu kalimat yang klasik " menunggu adalah yang paling dibenci". Aku ingin bertanya pernahkah kita berkata " tunggu aku sebentar! bentar lagi selesai". Lalu, Apakah mereka itu menunggu atau justru meninggalkan kita?

Kita menunggu sesuatu pasti memiliki alasan yang khusus untuk itu. Apakah dikarenakan hal yang kita senangi atau justeru yang kita musuhi. Masih ingatkah kita saat masih SMP, saat kita berselisih paham dengan salah satu teman kita, lalu dengan spontan kita berkata " aku tunggu kau di depan gerbang sekolah kita ya!" atau masihkah kita ingat saat menanti siaran favorit kita saat hari minggu di depan TV? kita sibuk menyalakan TV dan menunggu di waktu biasa film kita tayang.

Menunggu dan derajat ke-spesial-an
Kita menunggu sesuatu dikarenakan ada yang spesial pada sesuatu yang tidak ada dengan yang lain. Jika kita menunggu orangtua, guru, sahabat dll untuk pergi ke suatu tempat maka hal itu dikarenakan mereka begitu spesial bagi kita. Saat ada kabar akan segera Iphone 9, maka ada yang menunggu dan rela mengeluarkan duit yang tidak sedikit untuk membeli samartphone tersebut. Hal itu mengindikasikan bahwa Iphone tersebut memang begitu spesial bagi kita. Namun, pernahkan kita menunggu seseorang yang baru kita kenal untuk pergi ke toilet bersama sementara akhlaknya dan tuturnya yang tidak baik?, Pasti tidak!. Hal itu dikarenakan kita belum mengenal dia dan kita pun belum sempat menjadikan dia salah satu di daftar orang spesial dalam hidup kita. Lalu, bagaimana jika kita sering ditunggu namun kita sering membiarkan begitu saja orang yang menunggu kita?. Jika kita termasuk orang yang suka ditunggu lalu membiarkannya,bisa jadi kita menjadi orang yang egois atau kita masih menunggu yang lain.

Mana lebih spesial antara menunggu atau di tunggu?
Hubungan menunggu dan di tunggu bisa dianalogikan bagaikan hubungan Teko dengan Cangkir. Idealnya, mereka  harus saling bersambutan. Seorang yang menunggu harus disambut oleh orang yang ditunggu. Namun, dunia tak seideal yang kita bayangkan. Terkadang kita menunggu sesuatu, malah yang kita tunggu menunggu yang lainnya. Atau, Saat kita ditunggu malah kita tidak mengetahui kita ditunggu oleh yang kita tidak kita tunggu bahkan yang kita tunggu.

Bagaimana dengan menunggu cinta (jodoh)? 
 Cinta adalah sesuatu hal yang fitrah pada mahkluk hidup termasuk manusia. banyak yang kalap karena cinta. Untungnya, Islam mengatur segala kepentingan kita termasuk dengan cinta (jodoh). Islam menghalalkan Nikah dan mengharamkan Pacaran. Kita disarankan untuk memantaskan diri sesuai kriteria yang kita mau. Jika kita menginginkan jodohnya yang sholehah, maka kita harus sholeh, jika mau jodoh yang cantik maka jaga kebersihan diri mulai sekarang dll. Dalam al-Qur'an mengatakan bahwa jodoh kita adalah cerminan kita. Allah berfirman:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula}” (QS. An Nuur: 26).
 Menunggu dan ditungu adalah sama sama spesial jika menunggu dan ditunggunya diisi dengan kegiatan perbaikan diri yang semakin positif. Belajar masak, berpakaian yang sopan, hapal al-quran, dll.

"Menunggu bukanlah sesuatu pekerjaan yang bodoh, namun sesautu yang dilakukan penuh dengan kesabaran. Orang yang ditungu-ditunggu tidak selamanya ialah orang yang teramat spesial bagi banya orang, karena orang spesial tidak akan membiarkan orang yang dianggapnya spesial dibiarkan menungu lama"

Comments