Saat Kunjunganku ke Kota Bandung satu minggu yang lalu untuk mengahadiri KSNTTG LIPI di Hotel Aston Tropicana Bandung, Cihampelas, ketepatan saya sholat jum'at di Masjid Pusdai Jabar. Saat itu khutbah jum'at diisi oleh salah satu ustad yang saat aku mendengarkan khutbahnya membuat air mata ini terus mengalir saat ustad tersebut menceritakan aspek sosial dalam islam yang dicontohkan Rasulullah dan sahabat saat itu.
Kita
bisa mengambil contoh atas ketauladanan rasulullah pada sahabatnya. Pra
perang khandak, Rasulullah mengumpulkan seluruh sahabat untuk menyusun
strategi saat menghadapi kaum kafir saat itu kaum muslimin kalah jumlah.
Disini ada ide dari Salman Al Farisi dengan menggali parit dengan
lebar 2 kali loncatan kuda sehingga kuda tak bisa melewati parit. Saat
penggalian itu, Rasulullah menggali parit bersama sahabat yang lain.
Saat itu, ummu salamah salah satu sahabat rasul melihat ada batu yang
terjatuh dari perut rasul. Ummu berkesimpulan bahwa rasulullah menahan
lapar dengan mengikat perut dengan batu. Umu salamah pun memanggil
istrinya, dan ia menyuruh istrinya memasak makanan khusus untuk rasul.
Setelah itu rasulullah tahu dia akan diberi makan oleh sahabatnya umu
salamah. Rasulullah memberi tahu kepada seluruh sahabat "hai sahabat,
kita hari ini akan makan di rumah saudara kita, umu salamah. Istrinya
telah memasak tuk kita semua". Para sahabat gembira dan mempercayainya
karena rasulullah tidak pernah bohong. Hanya satu yang bingung. Umu
salamah yang sederhana, istrinya hanya bisa memasak untuk mereka
bertiga. Bagaimana caranya untuk memberikan makanan bagi ratusan sahabat
yang lain?. Rasulullahpun menyuruh istrinya melanjutkan memasaka dengan
syarat rasulullah yang membagi. Saat makan, ternyata makanannya cukup
dan nikmat.
Begitu mengesankanya kisah perang khandak ini,
membuat air mata mengalir deras betapa tulusnya dan tebalnya keimanan
ummu salamah atas islam.
Ini adalah ringkasan ceramah juma'at salah satu ustad di Pusdai Jabar. Berkesan sekali
Comments
Post a Comment