Testimoni PTQ 2014 LAZ Ulil Albab Desa Panggguruan Kabupaten Dairi



Awalnya aku diajak menjadi relawan PTQ oleh salah satu anak asuh Ulil Albab yaitu Nur Wahyudi yang merupakan Juniorku di kampus. “Bang, Idul Adha ini lebaran dimana bg? Ayo ke Dairi jadi Relawan Tebar Qurban disana !” Tanyanya dengan nada mengajak. “Keren tu yud, Abang ikut!” jawabku dengan semangat. Pada hari H, kami pun berangkat bersama dengan naik angkot ke kantor Ulil Albab di Jalan Pelangi. Sesampainya disana, Aku melihat seluruh relawan telah berkumpul disana dan sibuk mempersiapkan semuanya. Dalam kesibukan para panitia, tetapi masih tetap ramah menyapa kami selaku relawan. Setelah beberapa jam, kami baru berangkat ke daerah tujuan kami masing-masing. Aku (Akum) dan Eko di tempatkan di Desa Pangguruan Kabupaten Dairi. Setelah menempuh beberapa jam, kami tiba di dekat desa tujuan kami. Karena saat kami tiba Hari telah larut, kami pun beristirahat  di salah satu Masjid setempat dan kebetulan bersebelahan dengan Kantor KUA daerah tersebut. Beruntung, kami diterima oleh pegawai KUA Kecamatan Sambul untuk sekedar istirahat dan berdiskusi soal keadaan masyarakat muslim di kecamatan tersebut, termasuk desa tujuan kami. Melihat dari daftar dari jumlah masyarakat setempat berdasarkan agamanya, aku merasa ada sedikit tantangan di daerah ini. Penganut agama Islam menjadi minoritas di daerah ini. “Pak, kami lihat di daftar penduduk disini Muslimnya minoritas ya pak?” Tanyaku sebagai pembuka perbincangan. “Ya, di sini Islam jadi minoritas. Itulah tugas kita untuk menguatkan saudara-saudara kita (muslim) disini. Tempat Ibadah pun bisa dibilang langka disini” Jawab Bapak itu yang merupakan mantan KUA  didaerah tersebut. “Ia, sebenarnya sudah beberapa Pendai yang datang dari Medan, entah dari mana. Tapi gak ada yang bertahan lama” Tambahnya. Lewat diskusi ini, Aku merasa semakin miris dengan diriku sendiri. “ Aku saja hidup sebagai Muslim yang mayoritas didaerahku merasa berat, konon saudaraku disini? Semoga allah menguatkan kami semua” Bisiku dalam hati.

Tiba di Desa Pangguruan


Setelah sholat Subuh, Alhamdulillah datanglah jemputan kami yang merupakan utusan dari ketua BKM desa tujuan kami. Selama perjalanan kurang lebih 8 km selama 30 menit, kami melihat pemandangan pegunungan, perkebunan kopi, dan sawah yang indah. Sesampainya di Desa Pangguruan, kami melihat Masjid yang unik dan disambut langsung oleh Kepala BKM desa setempat ditemani dengan makanan.  Aku merasa ini adalah pengalaman yang luar biasa menjadi relawan penyalur Qurban. “Bang, Ini pengalaman yang luar biasa ku rasa. Mensyiarkan Islam dengan Qurba ke daerah minoritas” Bisikku kepada Eko.  Dalam sela-sela pembicaraan,  kepala BKM rupanya memiliki 1 pertanyaan yang ia butuhkan penguatan atas pertanyaan didesanya. “Ustad, saya boleh bertanya? Kalau orang yang meninggal bisa gak kita berqurban khusus atas namanya” Tanya bapak itu kepada kami. Aku merasa kebingungan karena aku belum pernah mendapatkan dalil yang kuat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Untungya aku memiliki teman yaitu bang Eko dengan lancar menjabarkan pertanyaan tersebut. Disini aku semakin sadar aku harus menimba ilmu yang lebih banyak lagi untuk bisa menjawab petanyaan-pertanyaan klasik seperti kasus sebelumnya.

Tibalah sholat Idul Adha

Sholat Ied kali ini diimami langsung  dan dilanjutkan dengan Qutbah oleh Bang Eko. Kepala BKM Pangguruan menanyakan kembali pertanyaan yang sama terkait Qurban khusus untuk orang yang meninggal.




Aku merasa gregetan karena tuk pertama kalinya terjun kemasyarakat yang tek pernah ku kenal hanya berdua, Walaupun aku pernah menjadi relawan penyaluran bantuan Baksos Himafis untuk Sinabung 1 tahun yang lalu. Aku semakin bersyukur mengikuti program Tebar Qurban (PTQ) oleh LAZ  Ulil Albab ini. Dari program ini aku berniat untuk menabung untuk berqurban tahun depan.

 “Aku sadar betapa pentingnya dari momen Idul Adha untuk saling berbagi dan meneladani nilai nilai kekeluargaan yang taqwa kepada tuhannya sebagai Syiar Islam ke pelosok  tanah air”


Comments