Cahaya bukanlah suatu zat dalam pandangan Fisika. Ciptaan tuhan ini, memiliki kekhasan tersendiri. Percuma ada indahnya Meteor jatuh, Fenomena Aurora, Pelangi, atau Pemandang Ranopeno di langit Bromo tanpa adanya cahaya, semuanya hanyalah sebuah warna hitam. Kita sepantasnya bersyukur kepada tuhan, karena tuhan telah mengikat janji sang matahari untuk terus memancarkanya cahayanya menerangi angkasa. Aku baru tersadar, Manusia itu bukan aku saja, ciptaan tuhan itu bukan manusia saja dan bintang penghasil cahayapun bukan matahari saja. Cahaya telah menusuk hingga ke Retinaku, sehingga ku dapat melihat betapa indahnya ciptaan tuhan lewat cahayanya.
Seluruh jagat raya Bima Sakti seharusnya berterima kasih kepada matahari.Dibumi, para tumbuhan sangat menanti cahaya mentari pagi setiap harinya, seluruh manusia dan hewan berjemur demi Vitamin D dari kulitnya, bahkan Pluto yang tak dianggap status ke-planeta-nya pun mengambil manfaat dari cahaya matahari. Namun ke"taqwaan" Matahari kepada Allah, mata menghaahari tak memerlukan itu. Dia hanya mengharap keridhaan Allah dalam setiap Revolusi dan Rotasi setiap planet terhadapnya.
Aku masih harus banyak belajar dari Sang Matahari mulai dari kesetiaan, penepatan janji, kedisiplinan dan pengorbanan. Tahukah kita, bahwa Matahari rela berkorban kepanasahan dengan lidah api membara di kulitnaya setiap hari demi menyinari jagat raya karena ketaatannya pada tuhannya?. Sementara, aku tahu banyak nikmat yang diberikan tuhan namun ku bahkan terlena akannya. Dan kalau ditanyakan padaku siapa yang paling menepati janjinya setelah Rasulullah, mungkin Matahari adalah jawabannya. Bayangkan dari awal penciptaan Bumi, Matahari tak pernah berhenti terbit dari timur dan terbenam di barat.
Seluruh jagat raya Bima Sakti seharusnya berterima kasih kepada matahari.Dibumi, para tumbuhan sangat menanti cahaya mentari pagi setiap harinya, seluruh manusia dan hewan berjemur demi Vitamin D dari kulitnya, bahkan Pluto yang tak dianggap status ke-planeta-nya pun mengambil manfaat dari cahaya matahari. Namun ke"taqwaan" Matahari kepada Allah, mata menghaahari tak memerlukan itu. Dia hanya mengharap keridhaan Allah dalam setiap Revolusi dan Rotasi setiap planet terhadapnya.
Aku masih harus banyak belajar dari Sang Matahari mulai dari kesetiaan, penepatan janji, kedisiplinan dan pengorbanan. Tahukah kita, bahwa Matahari rela berkorban kepanasahan dengan lidah api membara di kulitnaya setiap hari demi menyinari jagat raya karena ketaatannya pada tuhannya?. Sementara, aku tahu banyak nikmat yang diberikan tuhan namun ku bahkan terlena akannya. Dan kalau ditanyakan padaku siapa yang paling menepati janjinya setelah Rasulullah, mungkin Matahari adalah jawabannya. Bayangkan dari awal penciptaan Bumi, Matahari tak pernah berhenti terbit dari timur dan terbenam di barat.
Comments
Post a Comment