Biarkan Ranah Nether raba namamu





Saat mentari masih malu malu muncul dihadapanku
aku tak sungkan mendahului ia menemu sang penciptanya.
meminta restu menghirup udara segar setiap pagi.
seusai menghadapap sang paling layak dicinta,
aku teringat dengan beberapa  impian tuk terbang mengitari samudr
aku tertarik dengan negeri kincir dengan buanga tulip yang menawan hati
ya, negeri Belanda si tanah Nether.
betapa anehnya aku, mengapa aku mengagumi negeri yang bangsa pernah menjarah negeriku sendiri.
entah, akupun belum tahu jawabnya apa.
Biarkan saja tanah Nether meraba namaku siapa.

Aku tak tahu apakah dengan impianku ini bisa mekarkan buanga tulip disana
atau hanya sebagai angin yang sekedar mengajak bungan tulip tuk menari?
aku tak tahu, biarkanlah tanah Nether saja yang meraba impianku itu apa?

aku berharap walau impianku hanya sekedar angin, jangan sekedar untuk mengajak menari.
impianku bukan sebasi itu, Impianku bermimpi seperti angin yang menggerakan kincir kincir di ranah Nether itu.
itu janjiku, ranah Nether tolong raba janji ku ini!

Aku kenal dengan si Sinelius.
ya karena aku seorang mahasiswa fisika.
Hukum sinelius pasti hapal mati dikepalaku.
namun, sebagai orang islam ku juga mengenal Ibnu Sahl
aku hanya mencari kejelasan tentang si penemu.
hah, ranah Nether berikan rabaan kejelasan.

aku ingin berdiri dihadapan Leiden
aku ingin tahu siapa itu Snell dan Ibnu Sahl.
Aku butuh kejelasan, sekali lagi kejelasan!
Siapa yang sesungguhnya si penemu?
Biar ranah Nether yang raba nama si penemu .

Aku juga ingin membaca seberapa besar syair seorang Chairil Anwar di sana.
Aku ingin berpoto dan membaca sekuat suaraku puisi "Aku"
Agar bisa melampiaskan rasa jajahan dari negeri Nether di tanah airku.

Tanah nether  ku biarkan kau raba namaku
agar ku tahu siapa diriku.
Tanah Nether, mekarkan bunga tulipmu dengan namaku
Gerakan kincirmu dengan impianku.
Tanah nether sambut impianku dengan kampus Leiden mu
kenalkan aku siapa Snel dan Ibnu Sahl.

Comments