Manusia (kita) itu apa sih?


Manusia adalah mahkluk yang paling sempurna yang pernah diciptakan oleh sang pencipta di atas muka bumi ini. Berbeda dengan hewan, manusia memiliki unsur yang jauh lebih kompleks dibandingkan hewan. Walaupun manusia memiliki banyak kemiripan dengan hewan dari segi Biologisnya, namun manusia memiliki ciri dan karakteristik yang secara prinsipil dengan hewan. Kenyataannya memang ada beberapa filosof diantaranya Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia itu adalah "hewan yang bermasyarakat" (Zoon Politicon) dan Max Sceller berpendapat manusia itu adalah tak ubahnya seperti hewan sakit yang selalu dirundung masalah dan kegelisahan.
Namun, pernyataan yang dinyatakan oleh para filosof tersebut terkesan ada kejanggalan. Seorang tokoh sains populer yaitu Charles Darwin pernah berusaha membuktikan teori yang mengatakan manusia berasal primata dan kera. Namun, beliau gagal karena ada sebagian misteri yang dianggap menjembatani proses evolusi dari primata ke wujud manusia yang tak sanggup untuk diungkapkan yang disebut The Missing Link (mata rantai yang terputus)

Berikut ini adalah hal yang perlu dipupuk untuk membedakan manusia (kita) dan hewan:
1. Kemampuan menyadari diri sendiri
Lazim dikatakan bahwa peran yang paling besar adalah menghadapi musuh yang ada didalam diri sendiri. Kemampuan menyadari diri sendiri adalah salah satu manifestasi yang sangat membedakan manusia dan hewan. Kemampuan yang membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda yaitu arah kedalam dan kearah luar.dengan arah keluar, manusia memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri,  biasa disebut dengan egoisme.  Sedangkan kearah dalam, manusia berkewajiban untuk memberikan pengabdian, pengabdian, tenggang rasa dan lainnya. Hal ini sering dikenal dengan akhlak terpuji dan senantiasa mengutamakan kepentingan banyak orang (umum). Kecenderungan dua arah ini dapat diseimbangkan, disinilah pendidikan memiliki peranan penting. Melakukan pendidikan kepada manusia dari segi aspek sosialitas dan individualitas diri manusia itu sendiri dengan menyadarkan peranan dan posisi mereka dilingkungannya.
2. Kemampuan bereksistensi
Manusia sebagai mahkluk mahkluk human dan hewan sebagai mahkluk infra human sudah jelas memiliki perbedaan yang amat jelas. Surveival hidup masing-masing manusia dan hewan juga berbeda. Manusia memiliki cara surveival yang lebih unik dengan proses belajar yang lebih kompleks dari pengalaman dengan sadarnya manusia dapat bereksistensi untuk menjalani hidupnya.
3. Pemilikan hati nurani
Manusia senantiasa melakukan kegiatan aktifitas sehari-hari sepanjang hayatnya. Manusia juga senantiasa mengerti dengan apa yang akan, yang sedang dan yang telah terjadi pada dirinya, bahkan manusia juga tahu akibat dan hasil dari perbuatan atau aktifitasnya. Manusia memiliki suatu sistem controling otomatis untuk memfilter  yang dinamakan dengan hati. Hati adalah segumpal daging yang berfungsi untuk penerangan dan filter untuk menilai suatu nilai kebaikan atau kejahatan. Kita mungkin sering mendengar bisikan didalam diri kita sewaktu kita mengalami kehilapan.  Misalnya, saat kita sedang marah dengan seseorang tanpa sebab.  Namun, ada sesuatu yang mengatakan dari dalam diri kita “ah, kenapa aku tadi marah sama dia? Dia kan gak terlalu bersalah sama aku. Gak sepantasnya aku berlaku seperti itu padanya”. Mungkin tanpa disadari, kita sering mendengar hal-hal serupa terdengar dari dalam diri kita, suara inilah yang dinamakan dengan “suara hati nurani”. Kemampuan untuk dapat mendengar dan mempertimbangkan “Suara Hati Nurani”-nya dalam mengambil keputusan tentang baik/buruknya dalam kehidupannya sendiri menjadi indikator “kepekaan hati” manusia tersebut.
4. Moral
Jika hati nurani adalah suatu hal yang senantiasa menyertai perbuatan , maka moral adalah perbuatan itu sendiri. Seseorang yang memiliki hati yang tajam belum tentu memiliki keberanian/kemauan untuk merealisasikan apa kata “suara hati nurani” mereka. Moral yang disingkronkan dengan hati nurani akan menjadi nilai luhur yang benar-benar baik bagi manusia. Sebaliknya, moral yang tidak tersingkronkan dengan hati nurani maka akan menjadi moral yang buruk ditengah kehidupan manusia. Moral yang tersebar ditengah-tengah masyarakat tidak terlepas dengan nilai dan norma-norma yang berlaku ditengah lingkungan manusia itu hidup.
5. Kemampuan bertanggung jawab
Ketersediaan untuk menerima segala konsekuensi dari perbuatan dan aktifitas menuntut jawab merupakan pertanda manusia tersebut bertanggung jawab.  Wujud bertanggung jawab  bermacam-macam, diantara lain bertanggung jawab atas diri sendiri, bertanggung jawab atas keluarga dan bertanggung jawab atas masyarakat. Bertanggung jawab atas pribadi, maka dia harus mengikuti suara hati nurani untuk membawa pribadi yang lurus.  Bertanggung jawab sosial, berarti bersedia mengikuti nila-nilai dan norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat dan bersedia menerima sanksi jika melakukan moral yang buruk seperti cemoohan, dikucilkan atau yang lain.
Disini terlihat amat jelas kerikatan antara hati, moral dan tanggung jawab. Kata hati sebagai penunjuk kebaikan, moral sebagai penggerak perbuatan baik/buruk dan bertanggung jawab atas konsekuensi yang dilakukan atas perbuatan. karena semua memiliki pertanggung jawabannya masing-masing.
Rasa kebebasan (Kemerdekaan)


Menyadari Hak dan kewajiban
Kemampuan menghayati kebahagian

Comments