Ketua KPU “Main Petak Umpet”, PEMIRA Makin Ribet


        Ibaratkan PEMILU Presiden (PILPRES) di Negara, dikampus sebagai miniaturnya Negara juga ada namanya PEMIRA Presiden Mahasiswa (PEMIRA- PRESMA). Pemilihan Umum Raya  (PEMIRA) adalah suatu event tahunan yang dijadikan tradisi untuk Pergantian Penguasa  dan dianggap menjadi hal yang sakral di perpolitikan diseluruh penjuru kampus tak terkecuali dengan  UMN Alwashliyah Medan. PEMIRA dapat dijadikan ajang pengkaderan sekaligus pendidikan politik untuk menemukan Pemimpin Bangsa kedepannya.
 Namun, banyak kejadian kejadian selama berlangsungnya yang justru merusak Kesakralan diadakan PEMIRA tersebut. Mulai dari Black Campaign (Kampanye Hitam), Merusak Atribut Kampanye antara TS (baca: Tim Sukses)  kandidat satu dengan yang lainya, Anarkisme para TS, ketidak siapan untuk menerima hasil PEMIRA, dan hingga KPU (Baca: Komisi Pemilihan Umum)nya memiliki Ketua yang suka “Main Petak Umpet”.
Mungkin Dedy Mizwar sukses membuat Film “Alangkah Lucunya Negeriku” yang laris dipasaran, mungkin Mahasiswa  UMN bisa sukses dengan buat Film“ Alangkah Lucunya PEMIRA ku” atau “Petak Umpet  Ketua KPU ku,  Ribet PEMIRAku”.  Benar-benar lucu bukan? Itulah kondisi PEMIRA Di UMN sekarang.
       PEMIRA di Seluruh kampus memang memiliki dinamika perpolitikan kampus yang begitu khas disetiap kampusnya tak terkecuali dengan UMN Al-Washliyah. Kekhasan masing-masing ada yang positif dan  ada yang cendrung negatif. Kalau kampus UMNAW tercinta kekhasannya mana  ya, cendrung positif atau malahan negatif? kalau yang anarkis, terus sampai melecehkan Rektorat itu mungkin kekhasan dari UMN mungkin ya? Jadi cendrung negatif donk? Sebagai kaum intelektual tidak sepatutnya melakukan prilaku yang rendah seperti itu.
Karena saya sendiri yang sudah semester 4 sekarang ini. Eh, baru kali ini perdana mengikuti PEMIRA UMN walaupun  setiap tahunnya ada. Telisik punya telisik,  ternyata tahun kemarin terjadi kekosongan kepemimpinan di UMN.  Dan banyak hal negatif yang didapatkan mahasiswa seperti saya disebabkan kekosongan tersebut. Jadi apakah saat ini terjadi kekosongan kedua kalinya ???? J  ah, saya sebagai mahasiswa tidak mau kehilangan pembelajaran yang tidak didapatkan dibangku kuliah yakni perpolitikan kampus.
Kembali lagi ke judul Film “ Alangkah Lucunya PEMIRA ku” atau “Petak Umpet  Ketua KPU ku,  Ribet PEMIRAku”. Kawan-kawan pilih film yang mana ? ayo saya traktir. Hehe.. J  padahal udah jelas terpampang nyata, dari hasil Pemilihan presiden dari mahasiswa yaitu dari jumlah total suara sah yang ada. Salah satu dari kandidat sudah dinyatakan terpilih menjadi PRESMA dan Wakil PRESMA (baca: Presiden Mahasiswa) UMN Al-Washliyah untuk tahu ini. Dengan perolehan suara kandidat No.  1 (M. Shandi Pradana-Hadista Daulay) sebanyak 816 suara, No. 2 (Abdul razak-M. Syuhada) sebanyak 514, No. 3 (Baim-Aisyah)  sebanyak 581. Sesuai dengan tatalaksana, seharusnya Kandidat terpilih telah disahkan oleh KPU, namun diakibatkan Drama “Main Umpet Ketua KPU” membuat semakin ribet proses pengesahan Presiden Mahasiswa terpilih yaitu kandidat nomor satu. Dicurigai adanya intervensi terhadap KPU dari kandidat lain agar tidak adanya Presiden Mahasiswa untuk tahun ini.
Untuk itu KPU diminta untuk keluar dari persembunyiannya, karena sebagai  komisi yang Independen seharusnya bebas dari intervensi dari pihak manapun. Dalam perpolitikan kampus khususnya PEMIRA bukan hanya ajang perebutan kekuasaan dan ketenaran, namun PEMIRA seharusnya sebagai ajang pengkaderan dan pembelajaran politik dikampus yang homgen sebelum terjun kemasyarakat yang heterogen.
Terkhususnya kepada ketua KPU, seharusnya memiliki kebijaksanaan dan tanggung jawab mengemban amanah sebagai Ketua KPU. Agar tidak ada pembodohan Politik kepada masyarakat dan tak menghambat proses politik serta mengundang gejolak dinamika politik selanjutnya.


Akum Laksana Situmorang
Mahasiswa FKIP Fisika IV B

Comments