terkadang aku merasakan sesuatu yang tak pernah kumengerti.
namun, tanpa disadari aku mendapatkan sebuah arti.
walau terkadang aku terkesan tak ada arti atau malah sangat berarti.
sesekali aku merenungi keidupan yang penuh dengan wana ini.
aku bingung disaat aku berwarna putih, tapi dipaksa untuk abu-abu.
dan disaat aku terlanjur jatuh ditinta hitam yang kelam, aku tak menemukan air untuk membasuh tinta hitam ini.
terkadang aku malu dengan diriku sendiri, terkadang aku kecewa dengan seseorang yang menyuruhku menjadi warna yang diingikannya.
tetapi aku tiba-tiba menemukan sekumpulan awan yang suci dari malaikat-malaikat kecil yang menegarkanku.
mungkin Allah mengirim malaikat-malaikat itu sebagai Pelukis kehidupan yang sebenarnya agar hidupku lebih berwarna jauh dari kekelaman warna hitam.
Malaikat-malaikat yang aku punya mungkin tak bersayap, tak bisa terbang, tak bisa mengabulkan keinginanku. tapi mereka selalu memberiku senyuman polos dari bibir kecil mereka.
aku seperti seorang seorang ayah dan ibu sekaligus dalam setiap Minggu mereka.
Setiap selesai sholat dari masjid, Malaikat-malaikat itu turun dan menyambutku di pelataran masjid. disinilah aku merasa berarti.
Aku memang belum menikah, aku belum memiliki anak, tetapi aku menjalani peran Kedua Orang tua mereka. setiap Minggunya.
aku bukanlah seorang pahlawan, tetapi aku hanya tidak ingin mereka terciprat tinta hitam yang kelam.
aku akan membalas senyuman setiap Minggu mereka dengan masa depan yang gemilang. (Insya allah)
Special Thanks for My first lady: My Mom and Gerakan KAMMI Mengajar (GKM) Children.
namun, tanpa disadari aku mendapatkan sebuah arti.
walau terkadang aku terkesan tak ada arti atau malah sangat berarti.
sesekali aku merenungi keidupan yang penuh dengan wana ini.
aku bingung disaat aku berwarna putih, tapi dipaksa untuk abu-abu.
dan disaat aku terlanjur jatuh ditinta hitam yang kelam, aku tak menemukan air untuk membasuh tinta hitam ini.
terkadang aku malu dengan diriku sendiri, terkadang aku kecewa dengan seseorang yang menyuruhku menjadi warna yang diingikannya.
tetapi aku tiba-tiba menemukan sekumpulan awan yang suci dari malaikat-malaikat kecil yang menegarkanku.
mungkin Allah mengirim malaikat-malaikat itu sebagai Pelukis kehidupan yang sebenarnya agar hidupku lebih berwarna jauh dari kekelaman warna hitam.
Malaikat-malaikat yang aku punya mungkin tak bersayap, tak bisa terbang, tak bisa mengabulkan keinginanku. tapi mereka selalu memberiku senyuman polos dari bibir kecil mereka.
aku seperti seorang seorang ayah dan ibu sekaligus dalam setiap Minggu mereka.
Setiap selesai sholat dari masjid, Malaikat-malaikat itu turun dan menyambutku di pelataran masjid. disinilah aku merasa berarti.
Aku memang belum menikah, aku belum memiliki anak, tetapi aku menjalani peran Kedua Orang tua mereka. setiap Minggunya.
aku bukanlah seorang pahlawan, tetapi aku hanya tidak ingin mereka terciprat tinta hitam yang kelam.
aku akan membalas senyuman setiap Minggu mereka dengan masa depan yang gemilang. (Insya allah)
Special Thanks for My first lady: My Mom and Gerakan KAMMI Mengajar (GKM) Children.
Comments
Post a Comment