Apasih itu namanya “Mayat Hidup”?

Kedua kata itu sangat penting dalam penulisan buku ini karena kedua kata itu di pakai sebagai judul buku ini. Ngomong-ngomong kalau denger kata mayat apa yang terbesit dipikiran kita ?. pasti serem, pada takut dan reaksi lainya (ce ile, kayak kimia aja tuh hehe:D) Wah seram..!! pada takut ya dengan judulnya tadi..? ada kata manyat-manyatnya segala. kenapa harus takut..? tenang, kan ada abang.. kagak nyambung ya??. Ea, gak usah takut tenang aja itu hanya perumpamaan aja kok. Kenapa harus takut lihat mayat? Toh, kita semua pasti akan menyusul dia nanti dan dia kan udah mati gak bisa berbuat apa-apa lagi. Justru kita harus takut kalau nanti kita jadi mayat itu nanti. Di dalam alqur’an aja udah di jelaskan bahwa setiap yang bernyawa akan mati. Kami Telah menentukan kematian di antara kamu dan kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan. (al-waaqi’ah [56]:60) Wah,, masih penasaran ya.. kenapa judul bukunya AKU BUKAN “MAYAT HIDUP” tapi BISA BIKIN HIDUP MAYAT. Pada awalnya saya penulisnya memang gak tau kenapa memilih judul itu menjadi judul buku ini (hehe..) gak lucu ya.. Awalnya penulis hanya merasa miris aja melihat sekitar lingkungan kita yang terdapat banyak orang hidup akan tetapi terasa seperti sudah mati alias mayat hidup. banyak orang-orang jasadnya hidup tetapi hatinya mati. Kenapa begitu??. Pernahkah sahabat pembaca semuanya menonton film Box Oficce tentang zombie atau pampir? Pasti pernahkan?? Tak jauh beda dengan “mayat hidup” ini. Mungkin dibarat sana ada versi zombienya, di cina dan barat ada versi vampirnya, tapi kalau di indonesia ada versi mayat hidup. Mau tau tau selengkapnya tentang siapa sih yang termasuk orang yang “mayat hidup” itu?, ciri-ciri orang yang “mayat hidup” itu seperti apa sih? Apakah memakai kain kafan? (hehe, kalau makai kafan ke mall jadi trend baru kayaknya ya ?? kan banyak “mayat hidup” wkwkw:D),tak jauh beda juga zombie atau vampir, “mayat hidup juga bisa menularkan virusnya. bagaimana cara menghindari virus orang “mayat hidup”? bagaimana bikin mayat hidup kembali hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu pasti terlintas di benak sahabat semua. Dibuku ini insya allah akan dibahas selengkapnya. Ini adalah pengalaman pahit dan sebagai tantangan buatku pada saat-saat kuliah pertamaku, dimana saat salah satu dosen menyuruh membeli buku pegandangan kuliah. Sewaktu dosen tersebut menyuruh untuk membeli buku tersebut darinya dengan harga Rp. 60.000, saya tidak membawa uang sepersen pun, uangnya ketinggalan di kos. Lalu aku berpikir “ah, minggu depan ajalah aku bayar uang bukunya”. Sesudah siap jam kuliah, saya baru teringat bahwa saya memiliki nomor handpone penjual buku di LAPMER (Lapangan Merdeka). Maklum saja pada saat itu pasti anak kos di dunia ini sepemikiran dengan saya (maaf terlalu lebai ya bahasanya.:X), saya sontak langsung menelpon abang yang jual buku di LAPMER, saya tanyak “bang, kalau buku x dan penerbitnya y. Berapa?” lalu abang itu menjawab “Rp. 28.000 dek”. Saya pribadi sebagai anak kos langsung terkejut, kenapa beda ya harganya sampai 54%? Lalu untuk memastikan tanyak lagi “ yang betul bang, harganya segitu?” wah, bisa hemat uang bulanan ne persaan dalam hati. Saya menjawaba “ ok bang, kalau gitu, hari sabtu aku kesana ya bang beli bukunya”. Tiba lah hari sabtu, saya pergi ke tempat abang penjual buku melihat buku yang kemarin dipesan, rupanya persis dengan buku yang dijual dari dosen kemaren. Lalu dengan harganya yang miring sekali sampai 54%, lalu teman-teman yang belum beli buku sama ibu itu nanyak saya harga bukunya berapa. Saya hanya berkata jujur, aku beli di LAPMER harganya Rp. 28.000. teman-teman tersebut sontak terkejutnya sama seperti halnya aku pada saat mendengar harga buku itu. Teman-teman semuanya mesan buku tadi, ya sudah niat membantu dan sekalian bisnis (memang dah tampak punya bakat enterpeneur) untuk tambah uang bulanan. Akhirnya semuanya didatalah siapa yang mesan buku tadi. Terdapatlah puluhan orang yang memesan buku, esoknya saya dengan teman saya sebut saja namanya calid. malam sebelum pergi ketempat penjual buku itu, saya telpon abang itu “ bang, buku seprti kemaren masih ada?, karena kawan ada yang mesan bukunya lagi ni. Bisa gak harganya di diskon dikit?. Abang itu jawab, “ ya ada mau berapa? Kalau banyak bisa diskon lah besok.” Saya menjawab “ ok bg, besok aku ma kawan ke sana”. Keesokan harinya saya dan teman saya pergi lah ke tempat abang itu jual buku. Saya nanyak sambil negoisasi “Bang, kami mesan 24 bang, diskon jadi berapalah ne bang?” “berapa lah dek? “ jawab abang itu. Saya jawab “ tolong lah bang, kami anak kos lah bang. Tolong didiskon lah bang” mungkin karena negoisasi kami alhamdulilah berhasil, abang itu akhirnya membuat harganya jadi Rp. 26.500. persaan dalam hati, “ alhamdulilah, bisa tambah uang bulanan, lumayan bisa beli buku yang lain lagi nanti”. Keesokan harinya buku-bukunya dibagikan ke pemesannya. Semua ceritanya masih yang senang-senangkan? Disini mulai dramatis, pas diwaktu dosen yang bersangkutan masuk. Ada seorang teman yang membocorkan bahwa kami beli bukunya di LAPMER dengan harga miring. Saya pribadi sampai sekarang belum tau atas dasar apa dan siapa yang membocorkan masalah buku itu dengan dosen. Lantas, dosen itu marah-marah tak menentu, dia menyuruh saya maju kedepan. Dan didepan semua teman-teman mahasiswa dia memarahi saya. “Ini buku bajakan, masak harganya sampai segitu (sambil memarah-marahi saya)?. Kamu bisa saya laporkan ke penerbitnya, kamu bisa saya tuntut, suami saya tau tentang penerbit ini, besok kalau ada pemeriksasan buku saya tidak akan bertanggung jawab. Kamu bisa masuk penjara nanti”. Bayangkan seorang mahasiswa semester satu dari kampung yang gak tau apa-apa tentang kampus dan seluk beluk kota medan gimana, pasti anda akan merasa down, mental jadi jatuh, malu, dan bingung. Dan sesudah dia siap memarahi saya, dia menyuruh duduk. Dan saya pun duduk kembali ke bangku semula. Saya tidak ada lagi pikiran untuk belajar mata kuliah itu, karena dalam pikiran saya dalam hati “ kalau aku di penjara gimana ni? Masa sih baru dua bulan langsung putus kuliah” sesudah mata kuliah yag dibawa dosen itu habis, saya langsung lari pulang kekos menghiraukan siapa pun. Pokoknya saya sampai dikos tenangin pikiran aja. “Kalau masalah lain nanti dulu pokonya tenang dulu” pikir ku. Ternyata teman-teman yang dikelas sangat care. Ada suara telpon, “halo!”. “halo, asalamualaikum kum. sekarang bisa kekampus lagi kami udah ngumpul ni?” dalam hati kecil ku “ rupanya masih ada yang perhatian pada ku, setelah aku udah dibuat malu seperti tadi dikampus. Saya langsung ke kampus dengan memakai kaos seadanya, dan payung (kebetulan hujan). Asalamualaiku (sambil saya masuk ke lokal). Walaikum salam (semua menjawab). Teman-teman bertanya “apa-apa aja dibilang ibu itu?”. Saya jelasin semuanya kepada mereka, mereka merespon “ kau udah mau bantu orang itu dapat buku harga miring segini, pasti ada orang lain yang gak senang ma kau ni kum”. Saya menjawab “ gak, gak perlu cari siapa yang kasih tau, cukup aku aja udah kenak. Kalian besok biasa aja sikap kalian sama ibuk itu, aku gak mau kalian juga kenak seperti yang ku rasakan”. Dalam hatiku diwaktu itu terima kasih semuanya ya sahabat ku semua. Begitu lah realita pendidikan diindonesia. Jangan berhenti bergerak berusaha menggerakan pendidikan indonesia. Hidup FKIP seIndonesia.

Comments